Kamis, 11 April 2013

MOSELEY



Keluarga Moseley adalah sebuah keluarga yang cukup besar. Dalam garis keturunannya banyak dilahirkan ilmuwan muda, salah satunya yaitu Henry Gwin Jeffreys Moseley atau biasa  ditulis Henry Moseley saja. Dalam hal ini Moseley merupakan putra dari Henry Nottidge Moseley seorang ahli anatomi serta cucu seorang Henry Moseley (ahli matematika, fisika, dan astronomer). Selain itu dari sisi ibunya, Moseley juga merupakan cucu John Gwyn Jeffreys yaitu seorang oseanografer.
Semenjak ayahnya meninggal pada tahun 1891 akibat sakit pendarahan otak, pendidikan Moseley diurusi oleh ibunya. Pada usia 9 tahun, Moseley sudah terlihat suka dengan matematika. Menginjak usia 13 tahun, Moseley meneruskan sekolahnya di Eton melalui beasiswa King sekitar 5 tahun pendidikan. Kemudian melanjutkan ke Oxford dengan beasiswa Millard di bidang IPA. Selama mengenyam pendidikan, kejeniusan Moseley sudah terlihat baik di bidang IPA sendiri maupun umum.
Menjelang kelulusannya, Moseley menyadari keinginannya untuk berkecimpung di bidang ilmu murni. Oleh karena itu dia mengunjungi Ernest Rutherford untuk meminta saran mengenai bidang ilmu murni apa yang cocok. Ernest Rutherford kemudian menyarankan agar Moseley memilih bidang radioaktifitas atau keradioaktifan. Moseley pun menyambutnya dengan senang.
Setahun terakhir setelah kelulusannya dari Oxford, Moseley memutuskan untuk focus pada penelitiannya sehingga dia mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai dosen. Di bawah pengawasan Ernest Rutherford, tugas pertama Moseley yaitu menyelidiki jumlah elektron yang dilepaskan selama disintegrasi dari atom radium. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa setiap atom radium menghasilkan sebuah elektron. Kemudian untuk penelitiannya yang kedua yaitu menghitung lama pancaran dari actinium, salah satu unsur radioaktif. Dalam penelitiannya, Moseley bekerja sama dengan Profesor K. Fajans dari Universitas Munich, Jerman. Keduanya membuat alat yang mampu mendeteksi pancaran dari actinium. Ternyata diketahui bahwa secara rata-rata lama pancaran actinium kurang dari 1500 kali per detik. Pada tahun berikutnya, Moseley meneliti tentang penentuan batas dari muatan positif radium. Dari percobaan yang dilakukan diketahui bahwa dengan adanya pelepasan elektron diperoleh besar potensial di dalam tabung vakum terus berbeda sampai mencapai 105 volt. Pengisian tersebut terus dilakukan sampai pancaran dari radium hilang.
Pada kesempatan yang lain, sebuah penelitian mengenai sifat kristal dengan menggunakan sinar X berhasil dilakukan oleh ilmuwan Perancis, Max Von Laue. Berdasarkan percobaan tersebut dapat diketahui bahwa  sebuah kristal garam murni memecah sinar X atau biasa disebut difraksi sinar X hingga diperoleh spektrumnya. Kemudian oleh William Henry Bragg dan putranya, William Laurance, percobaan tadi digunakan untuk mengetahui susunan dari sebuah kristal garam murni. Ternyata sebuah kristal garam tersusun dari atom-atom secara teratur. Dalam hal ini, Moseley tidak ketinggalan untuk menyimak/mengikuti perkembangan dari kedua macam percobaan tadi. Lalu bersama teman dekatnya, Darwin, Moseley melakukan penelitian sendiri yaitu dengan cara mengisi plat platinum dari tabung Crookes dengan elektron untuk kemudian dilewatkan pada kisi kristal dan diperoleh gambar sinar X.
Pada dasarnya percobaan mengenai sinar X di atas dilatarbelakangi oleh percobaan Rutherford sebelumnya yaitu mengenai teori tentang inti atom. Rutherford berpendapat bahwa massa suatu atom terletak pada intinya dan dengan adanya elektron yang mengelilingi inti atom menyebabkan muatan atom menjadi netral. Pernyataan tersebut didasari oleh hasil percobaan Rutherford menggunakan partikel α yamg ditembakkan melewati gas. Dari percobaan tersebut diketahui bahwa telah terjadi pembiasan sinar α oleh suatu massa yang kecil. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh muatan positif dari atom yaitu kira-kira setara dengan setengah massa atomnya. Oleh karena itu, Rutherford berspekulasi bahwa inti dari setiap unsur memiliki muatan yang proporsional dengan massa atom dari unsur itu.
Menindaklanjuti percobaan menggunakan sinar X, Rutherford berdiskusi dengan Moseley dan diperoleh kesimpulan bahwa sinar X dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, sinar X digunakan untuk menghentikan elektron, dan yang kedua sinar X dihasilkan dari anti katoda pada tabung Crookes serta dipengaruhi juga oleh sifat muatan yang terbentuk pada anti katoda. Dalam hal ini, Charles D. Barkla dari Universitas London telah mengetahui fenomena atom tersebut dan berhasil menetapkan panjang serta energy yang dimiliki sinar X melalui percobaan penyerapan sinar tersebut pada lapisan tipis dari logam Al yang mengantarkannya meraih Nobel. Moseley kemudian membandingkan gambar dari spectrum sinar X dari beberapa unsur untuk membantu mengetahui muatan dari inti atom.
Moseley adalah ilmuwan jenius yang tidak mengenal waktu dalam melakukan penelitian. Moseley melakukan penelitian kembali mengenai sinar X untuk mengetahui karakteristiknya yaitu dengan menggunakan plat logam serta aliran elektron dari katoda tabung Crookes. Penelitian ini menghasilkan metode baru dalam menggambar sinar X dan digunakan Moseley untuk meneliti karakteristik unsur-unsur yang lain.
Untuk menghindari penyerapan dari sinar X, semua perlengkapan/peralatan fotografis termasuk kristal dan spektroskopi dimasukkan ke dalam sebuah tempat yang terbuat dari kaca kedap udara. Selama 6 bulan Moseley mengerjakan 38 spektrum sinar mulai dari unsur Al sampai Au. Ternyata unsur yang berbeda mempunyai panjang gelombang sinar X yang juga berbeda. Moseley memastikan bahwa semakin berat suatu unsur maka sinar X yang menembusnya akan memiliki panjang gelombang yang semakin pendek. Moseley kemudian menyusun/mengatur segala perhitungan yang dilakukannya ke dalam kertas grafik. Selanjutnya Moseley merencanakan untuk menomori unsur-unsur sebagaimana posisinya pada tabel periodik Mendeleyeff  berlawanan dengan kebalikan dari frekuensi getar sinar X setiap unsur.
Perkembangan selanjutnya setelah Moseley mempelajari berbagai macam hasil penelitiannya mengenai atom maupun unsur dengan sinar X, pada tahun 1912 ketika umurnya masih 26 tahun, Moseley mengumumkan hasil temuannya mengenai Hukum Nomor Atom. Dalam hal ini, Moseley membuat tabel periodik unsur yang baru dan lebih mendasar. Susunan unsur dalam tabel periodik Moseley didasarkan pada no atom bukan massa atom yang secara keseluruhan memuat 92 jenis unsur. Melalui metode yang ditemukan Moseley dalam menyusun tabelnya, unsur-unsur yang sebelumnya belum diketahui dalam tabel mendeleyeff  yaitu untuk unsur no 43, 61, 72, 75, 85, 87, dan 91, bisa diramalkan Moseley dengan mudah. Kesulitan mendeleyeff dikarenakan unsur-unsur tersebut berada di kerak bumi. Sebagaimana tabel mendeleyeff, pada tabel Moseley arah vertical menunjukkan golongan sedangkan arah horizontal menunjukkan periode. Sehingga bisa dibilang tabel periodik Moseley merupakan penyempurnaan dari tabel mendeleyeff.
Selain penemuan metode untuk menentukan jumlah pasti dari proton di dalam inti atom oleh Moseley maupun penelitian Rutherford yang juga masih berkaitan dengan inti atom, pada dasarnya keberhasilan Moseley dalam menyusun unsure-unsur dalam bentuk tabel periodic model terbaru juga didukung dengan mulai diketahuinya fenomena isotope. Pada masa itu terjadi beberapa pertentangan antar ilmuwan yang mempermasalahkan mengenai massa sebuah atom. Ada sebagian yang berpendapat bahwa massa setiap atom tetap yang dituliskan sebagai bilangan bulat dan sebagian yang lain berpendapat bahwa meskipun memiliki sifat fisik maupun kimia yang sama tidak berarti memiliki massa atom yang sama juga serta tidak harus memiliki massa dalam bentuk bilangan bulat. Pada akhirnya adanya isotope dapat dibuktikan dan diperoleh kesimpulan bahwa atom-atom yang menyusun sebuah unsure memungkinkan untuk memiliki massa yang berbeda.
Moseley adalah seorang ilmuwan muda jenius dari Inggris yang meninggal dengan cara yang tragis. Pada tanggal 13 Juni 1915 sepulang dari sebuah konferensi di Australia, dia memutuskan untuk masuk militer dan ikut berperang (Inggris melawan Jerman). Sebagai seorang tentara dia dikenal sangat disiplin, rajin, selalu ceria serta sangat kharismatik sehingga banyak disegani. Sebuah tagedi yang mampu merenggut nyawa Moseley terjadi ketika dia sedang berada di Teluk Suvla, Turki. Setelah meletakkan gagang telpon yang dia gunakan untuk mengabari divisinya bahwa mulai terjadi penyerangan, tanpa disadari peluru seorang penembak jitu tepat mengenai kepala Moseley dan mati seketika. Kematian Moseley  sungguh disayangkan banyak pihak, karena diusianya yang masih sangat muda sebenarnya masih banyak hal yang bisa dia perbuat untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Semenjak mengetahui bahwa mereka telah kehilangan salah seorang ilmuwannya di medan perang, Pemerintah Inggris melarang para ilmuwan lainnya untuk mendaftar atau mengikuti wajib militer. Kehilangan seorang Moseley adalah salah satu kehilangan yang cukup besar bagi dunia ilmu pengetahuan.     

(tugas akhir b.Ing untuk kimia #2008)

Guru Killer = Guru Profesional ?!



“ Eh, kamu di ajar nggak sama Bu A ?! Orangnya galak banget, sedikit-sedikit tugas, suka marah-marah. Pokoknya serem banget deh !!”,……………dst. Mungkin seperti itulah kira-kira salah satu diantara sekian banyak komentar yang sering dilontarkan oleh para pelajar terhadap guru-guru yang bagi mereka termasuk kategori “ Enggak Banget “. Mereka seakan – akan anti dengan model - model guru seperti itu. Atau mungkin lebih kasarnya, tidak ada ruang di dalam hati mereka terhadap guru tersebut.
Memang pada dasarnya ada beberapa jenis karakter guru yang memang klasik sekali dan tidak lekang dimakan zaman, dalam artian sampai sekarang masih sering dijumpai di sekolah-sekolah. Dari karakter-karakter tadi ada beberapa yang tidak disukai siswa dan masuk kategori “ Enggak Banget “, seperti guru killer, guru cuek, guru, centil, guru militer, dll. Diantara guru-guru tersebut yang paling terkenal dikalangan para pelajar adalah guru killer. Secara umum seorang guru yang mereka sebut killer yaitu yang memiliki sifat suka marah-marah, terlalu disiplin/terlalu serius dalam mengajar, suka memberi tugas, senang melakukan ujian mendadak dan biasanya jarang tersenyum ( LifeStyle Gaul : Tipe-tipe Guru yang Tak Lekang Waktu ). Seorang guru yang termasuk guru killer cenderung jauh dari siswanya. Di mata mereka guru killer adalah guru yang kejam, tidak pengertian, menakutkan,dll.
Sebenarnya persepsi mereka mengenai guru killer tidaklah sepenuhnya salah. Memang pada kenyataannya ciri-ciri/karakter seorang guru yang mereka anggap sebagai guru killer adalah seperti apa yang telah di ungkapkan di atas. Tetapi ada hal-hal tertentu yang tidak/kurang mereka pahami dari sosok seorang guru killer. Bisa jadi mereka marah, mereka memberi hukuman tugas, karena memang siswa tersebut telah melakukan kesalahan. Seandainya jika dikaji satu persatu dengan cermat, banyak dari sifat guru killer yang sebenarnya positif bagi siswa. Seperti, sifat suka marah-marah ; secara logika tidak mungkin seorang guru akan marah pada siswanya tanpa alasan yang jelas dan tidak masuk akal, kecuali kalau memang gurunya agak error. Tapi hal tersebut jarang sekali terjadi dan kalaupun seperti itu sebaiknya dilaporkan saja ke Kepala Sekolah. Kembali ke sifat suka marah – marah tadi, secara tidak langsung melatih/menyadarkan siswa untuk lebih menghargai dan menghormati orang lain.Sifat yang terlalu serius/disiplin dalam mengajar ; suatu hal yang wajar bahkan pada keadaan tertentu sifatnya wajib. Misalnya membantu sekolah mengawasi siswa untuk mematuhi tata tertib yang berlaku, lebih disiplin (seragam, model rambut, dll). Selain itu tidak membiarkan siswa berbicara sendiri ketika pelajaran berlangsung, mungkin dengan memberikan pertanyaan pada siswa tadi, bukanlah suatu tindakan yang kejam. Dalam hal ini mereka dilatih untuk lebih bertanggung jawab atas apa yang menjadi kewajiban mereka sebagai seorang pelajar, yaitu belajar/menuntut ilmu. Senang memberikan tugas ; untuk hal ini mungkin sebagian siswa menganggap sangatlah berat tapi di sisi lain dengan adanya tugas siswa akan terlatih untuk memecahkan suatu permasalahan. Selain itu dengan adanya tugas maka paling tidak mereka menyempatkan diri untuk belajar meskipun dengan ‘terpaksa’. Tetapi tentunya diharapkan nantinya akan muncul kesadaran dari siswa tadi untuk belajar. Sifat yang berikutnya yaitu senang melakukan ujian mendadak; bagi siswa yang terbiasa belajar ‘SKS’ ( Sistem Kebut Semalam ), maka akan merasa paling tersiksa, karena mereka cenderung tidak akan siap dengan “ serangan mendadak tersebut “. Oleh karena itu, ujian mendadak memang perlu sekali-kali dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru. Di samping itu, dengan adanya ujian mendadak diharapkan cara belajar yang belum benar dan cenderung merugikan seperti ‘ SKS ‘ bisa dihilangkan. Kemudian untuk pembawaan guru killer yang jarang tersenyum, kalau untuk masalah ini mungkin memang sudah dari sananya/kebiasaan. Tapi entah suatu kebetulan atau tidak, kebanyakan guru yang dikenal killer oleh siswanya memang memiliki sifat seperti itu.
Jadi sebenarnya guru killer tidaklah seburuk yang banyak pelajar pikirkan/bayangkan. Hanya saja mungkin karena tindakan seorang guru yang terlalu tegas, terlalu disiplin, sering di salah artikan oleh siswa. Kemungkinan besar siswa menganggap seorang guru adalah killer karena mereka belum terbiasa dengan cara mengajar dari guru tadi, atau dengan kata lain apa yang mereka alami adalah pengalaman yang pertama. Sehingga dengan mudah mereka menilai bahwa guru tersebut termasuk killer. Meskipun lama kelamaan mereka akan terbiasa, tidak menutup kemungkinan mereka akan tetap merasa tidak suka dengan guru tadi. Akibatnya guru yang dianggap killer tadi walaupun tidak bermaksud menjauh, tetapi secara perlahan tapi pasti akan “ dikucilkan ” oleh siswanya sendiri. Dan hal tersebut tentunya akan mengganggu komunikasi diantara kedua belah pihak, termasuk mengganggu kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Seorang siswa yang sudah menjudge gurunya sebagai guru killer cenderung lebih sulit/sukar menerima dan menyerap materi pelajaran yang diberikan, karena sebelumnya dia sudah bersikap anti pati pada guru tadi. Dan tentunya hal tersebut akan merugikan diri siswa itu sendiri.
Tetapi anehnya di hampir semua sekolah ada saja guru yang dianggap killer oleh siswanya, dari zaman kakak-kakak kita bahkan sampai sekarang. Guru killer memang guru yang tidak ada matinya, tidak lekang dimakan zaman. Dan meskipun banyak yang tidak suka tapi ternyata banyak juga yang merasa kehilangan jika sudah berpisah. Atau bisa juga dibilang guru killer adalah guru favorit dambaan siswa di bawah alam sadar mereka.
Sedangkan kemungkinan, apakah guru killer termasuk guru professional ? terlebih dahulu harus ditinjau dari penjelasan mengenai yang dimaksud dengan guru professional berikut ini

Guru Profesional
Menurut Poedjinoegroho E, Baskoro dalam artikelnya yang berjudul Guru Profesional Adakah ?, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan guru professional yaitu, guru yang mengenal bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk mencari tahu terus menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebab kegagalan dan mencari jalan keluar bersama dengan peserta didik bukan mendiamkan atau malahan menyalahkannya. Selain itu disebutkan juga kalau sekolah merupakan medan belajar, yaitu medan yang menyenangkan bukan menyiksa apalagi mengancam dan persoalan belajar adalah persoalan hati dan budi. Bisa kita artikan bahwa antara guru dan peserta didik ada rasa saling memiliki, saling bertanggung jawab, saling menghargai, saling menghormati, dan saling mendukung, seperti hubungan orang tua dan anak.
Sedangkan menurut Surakhmad, Winarno dalam artikel Profesionalisme Dunia Pendidikan, disebutkan bahwa guru itu sudah sebuah profesi. Sebagai profesi diperlukan berbagai syarat dan hal itu tidak begitu sukar dipahami, dan dipenuhi, kalau saja setiap guru memahami dengan benar apa yang harus dilakukan, mengapa ia harus melakukannya dan menyadari bagaimana ia dapat melakukannya dengan sebaik mungkin sesuai dengan pertimbangan yang terbaik. Maksudnya seorang guru bisa disebut professional dia tahu apa, mengapa, dan bagaimana menjadi professional dan semakin professional.
Selain itu, kriteria guru professional berdasarkan UU Guru ( UU RI No.14 Tahun 2005 ) dan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah bagi mereka ( para guru ) yang memiliki empat macam kompetensi, antara lain : Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik secara efektif dan efisien, mengenal dan memahami anak didik, menguasai pembelajaran strategi belajar mengajar dan evaluasi; Kompetensi Profesional, menguasai materi dan bidang studi beserta pengembangannya ( penelitian/eksperimen ); Kompetensi Personal, pengembangan diri/pribadi ( penguasaan IPTEK, bahasa, dll ); Kompetensi Sosial, mampu berinteraksi secara baik dengan yang berkaitan mengenai keprofesionalan dan personal, sesame guru, warga sekolah, masyarakat.
Jadi jika dilihat dari penjelasan di atas baik mengenai pengertian maupun kriteria/ciri-ciri dari guru professional, maka sebenarnya guru killer belum bisa disebut sebagai guru professional. Masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki untuk menjadi seorang guru yang benar-benar professional. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa antara guru dan siswa hendaknya terjalin hubungan yang baik. Ketika siswa merasa kesulitan dalam belajar, akan jauh lebih baik jika tanpa dimintai tolong guru segera tanggap untuk bertanya apa kesulitan siswa tadi. Tapi mungkin hal ini cukup sulit untuk dilakukan , karena guru yang bersangkutan harus benar-benar mampu membaca ekspresi wajah dari siswa. Tetapi paling tidak/minimal ketika guru dimintai tolong siswanya dalam hal pelajaran khususnya, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran dan selama itu tidak mengganggu, hendaknya guru senantiasa membantu dengan senang hati. Dengan begitu guru akan menjadi lebih dekat dan lebih mampu memahami siswanya ( termasuk kompetensi Pedagogik ). Dan hal tersebut belum bisa diterapkan oleh guru killer. Termasuk juga pengertian bahwa sekolah merupakan medan belajar yang menyenangkan bukan menyiksa apalagi mengancam. Seandainya ada guru killer di sekolah meskipun hanya satu orang, maka siswa yang “ beruntung “ di ajar oleh guru tadi kemungkinan akan beranggapan bahwa sekolah bukanlah medan belajar yang menyenangkan, tetapi menyiksa dan mengancam.
Tetapi pada dasarnya sudah cukup banyak prinsip/kepribadian dari seorang guru killer yang sudah sesuai dengan guru professional seperti sikap yang disiplin dan tegas dalam segala hal. Apalagi kebanyakan guru killer adalah mereka yang sudah berprofesi sebagai guru sejak lama, puluhan tahun. Mereka sudah banyak makan asam garam dan pahit manis kehidupan selama berprofesi sebagai guru  Tetapi mungkin “awal perkenalannya“ pada siswa yang agak salah. Bisa saja mereka menganggap anak sekarang sama dengan anak zaman dahulu, padahal tidak seperti itu kenyataannya. Seorang guru professional bukan hanya dituntut kedisiplinan dan ketegasan dalam mengajar, tetapi juga pengertian/pemahaman pada peserta didik. Sehingga nantinya diharapkan seorang guru tidak hanya menguasai materi bidang studinya tetapi juga menguasai dan memahami peserta didiknya, maka penguasaan strategi belajar mengajarnyapun akan lebih baik dan pada akhirnya akan berdampak pada prestasi siswa bahkan dirinya sendiri sebagai seorang guru. Untuk mencapai itu semua dibutuhkan pengorbanan dan usaha yang cukup besar dari seorang guru, apalagi bagi mereka yang termasuk guru killer. Karena mereka, guru killer, cenderung keras kepala karena merasa “ lebih “ jika dibandingkan dengan yang lain (biasanya dialami guru killer golongan tua), sedangkan untuk guru yang terhitung masih baru tapi mengimagekan diri menjadi sosok guru killer biasanya mereka merasa lebih berwibawa ( ditakuti siswa ) jika berpredikat seperti itu. Oleh karena itu, mereka harus rela menyingkirkan ego yang hanya akan berdampak tidak baik bagi diri mereka sendiri maupun anak didiknya.
Kesimpulannya, akan jauh lebih baik menjadi guru professional yang “sebenarnya“ yaitu guru yang serba bisa ( fleksibel ), selain disiplin, tegas, tetapi juga pengertian dan dekat dengan anak didiknya. Seorang guru yang benar-benar mampu menempatkan dirinya dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Maka guru seperti itulah yang akan selalu diingat oleh anak didik/siswa ( guru yang tidak lekang oleh waktu ), tentunya dengan memori yang positif ( baik hati, berwibawa, menyenangkan, dll ), bukan seorang guru yang diingat karena predikat/julukan yang diberikan anak didiknya ( guru killer, guru baik hati, guru centil, dll ). Beruntung jika predikat/julukan mereka baik, tetapi bagaimana dengan guru yang mendapat julukan jelek ?. Maka dari itu sebagai seorang guru atau mungkin yang masih calon guru, berusahalah menjadi guru professional yang didambakan siswa. Jangan berdasarkan pikiran/pendapat pribadi karena nantinya hanya akan bisa meraba-raba/membayangkan suatu kriteria yang belum tentu benar. Tetapi jadilah guru professional yang sesuai kenyataan.  
 (dari berbagai sumber n pikiran sendiri #2007)                

coretanku part 1



Semua itu ada waktunya……………



Sesulit itukah sebuah pohon berdiri tegak

Padahal  cukuplah akar berusaha menopangnya dengan kuat

Seberat itukah sebuah pohon berbuah manis

Padahal akar telah berusaha mencarikan nutrisi yang cukup

Semua itu ada waktunya …………………..

Selama niat baik, usaha, doa, dan rasa syukur itu masih ada

Tidak ada yang percuma di dunia ini

Segala hambatan dan tantangan bukan lah suatu hal yang perlu ditakuti dan dimanja

Sebuah pohon akan mampu berdiri tegak

Karena akar yakin dengan topangannya yang kuat

Sebuah pohon berbuah manis

Karena akar bersyukur dengan makanan yang diperoleh

Semua itu ada waktunya…………………







By si mata panda ‘08